Kenapa Brand Tidak Viral di Sosial Media? Ini 6 Alasannya!
Membangun brand memang gampang-gampang susah. Pemilik bisnis perlu terus mengeksplorasi strategi-strategi yang patut diterapkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Dan di era digital ini, sosial media dapat membantu brand dalam membangun engagement, memperluas jangkauan, hingga meningkatkan omzet secara signifikan. Tapi kenapa brand tidak viral di sosial media?
Berbicara soal viral, banyak hal yang tidak terduga di sosial media. Anehnya, video random saja bisa viral di TikTok atau Instagram. Sementara brand kamu yang sudah menerapkan berbagai strategi marketing malah kalah viral dari mereka. Ini tentu saja membuat kita bertanya-tanya, hal apa yang bisa membuat kontenmu viral? Terutama konten promosi brand kamu?
Untuk itu, penting untuk merombak kembali strategi yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam artikel ini, kami akan menjabarkan beberapa kesalahan yang dapat mengakibatkan bisnismu susah viral. Simak ya!
Table of Contents
ToggleKenapa Brand Tidak Viral di Sosial Media?
Sebenarnya ketika suatu teknik branding atau marketing tidak membuahkan hasil, perlu diketahui bahwa ada kesalahan yang mungkin kamu lakukan baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Setiap bisnis juga pasti ada trial & error termasuk ketika melakukan optimasi akun sosial media bisnis. Melansir laman Hubspot, berikut 6 alasan kenapa brand tidak viral, di antaranya:
1. Tidak Memahami Audiens Secara Mendalam
Salah satu kesalahan terbesar yang sering diabaikan oleh brand yaitu tidak paham siapa audiens mereka. Beberapa brand masih menargetkan audiens yang terlalu luas dan kurang spesifik. Di sosial media, audiens memiliki perilaku yang berbeda-beda setiap platformnya. Misalnya, audiens Instagram cenderung menyukai konten visual menarik, sedangkan di LinkedIn, mereka lebih tertarik pada konten berbobot.
Untuk itu, gunakan data analitik untuk memahami demografi, minat, dan perilaku audiens. Hal ini bisa dilakukan melalui insights di platform sosial media atau tools tambahan, seperti Google Analytics dan Sprout Social. Dengan memahami audiens dengan baik, kamu akan lebih mudah dalam menyusun strategi konten yang lebih relevan dan menarik bagi mereka.
2. Strategi Branding yang Kurang Relevan
Setiap strategi branding punya masanya. Bahkan strategi branding yang lama belum tentu akan bekerja baik pada bisnis kamu. Maka pastikan kamu selalu update terhadap perkembangan bisnis sekaligus apa saja strategi yang relevan di masa sekarang. Biar bagaimana pun bisnis merupakan hal yang dinamis, maka jangan heran jika strategi juga bisa berubah-ubah.
Misalnya, strategi tahun 2020 tentu akan berubah di masa 2025 mendatang. Terlebih, sebentar lagi akan mengalami pergantian tahun. Jika tahun 2020 digencarkan oleh Influencer Marketing, beda halnya dengan strategi branding 2025 yang akan semakin memudahkanmu untuk memperluas jangkauan audiens. Sehingga potensi viral juga lebih besar.
Adapun beberapa strategi branding 2025 bisa dilakukan yaitu Social Change Campaign (kampanye dampak sosial) untuk menarik simpati konsumen, Hyper-Personalization dengan AI Business yang bisa disesuaikan dengan preferensi konsumen, hingga penggunaan alat canggih seperti AR (Augmented Reality) dan VR (Virtual Reality) untuk pengalaman visual produk yang menarik.
Tentunya jangan lupa terus diimbangi dengan posting konten yang relevan dan konsisten. Jika tidak, brand kamu akan kesulitan menjadi viral. Misalnya, konten hard-selling atau promosi yang terlalu banyak. Alih-alih menghasilkan penjualan, justru akan membuat audiens merasa terganggu.
3. Kurang Konsisten dalam Branding Visual
Branding visual yang konsisten merupakan elemen penting dalam membangun customer loyalty atau kepercayaan pelanggan. Jika tampilan konten brand kamu berubah-ubah atau tidak konsisten, audiens akan kesulitan mengenali brand kamu di antara konten-konten lainnya di feed sosial media mereka. Branding visual mencakup pemilihan warna, font, dan style yang harus konsisten pada semua posting.
Untuk itu, kamu bisa membuat panduan visual brand dengan elemen-elemen desain utama seperti warna, logo, dan style konten. Alat seperti Canva atau Adobe Creative Cloud bisa membantu brand menjaga visual yang konsisten pada semua posting. Branding visual yang kuat juga akan membantu brand kamu terkesan lebih profesional dan kredibel.
Baca Juga : “Intip Cara Meningkatkan Brand Awareness Melalui Media Sosial Ala Build Momentum!“
4. Minim Interaksi dengan Audiens
Branding di sosial media, jangan sampai menerapkan pola komunikasi satu arah. Jangan hanya memposting konten tanpa merespons komentar, pesan, atau mention dari audiens. Hal ini akan mengakibatkan brand terlihat kurang peduli, sehingga mengurangi potensi engagement.
Jadi, tim sosial media selalu responsif terhadap komentar, pesan, dan mention. Ini penting untuk membantu membangun hubungan baik dengan audiens sekaligus meningkatkan peluang kontenmu dilihat lebih banyak orang. Menurut Social Media Today, algoritma sosial media lebih mengutamakan konten yang memiliki tingkat interaksi tinggi.
5. Mengabaikan Algoritma Sosial Media
Setiap platform sosial media memiliki algoritma berbeda. Algoritma sosial media akan menentukan konten mana yang akan muncul di feed pengguna. Jika strategi sosial media kamu tidak memperhatikan algoritma, besar kemungkinan kontenmu tidak akan dilihat oleh audiens.
Maka penting untuk memahami cara kerja algoritma masing-masing platform, seperti Instagram yang mengutamakan engagement rate dan TikTok yang mempertimbangkan watch time. Misalnya, untuk meningkatkan jangkauan di Instagram, kamu bisa memposting Reels atau melakukan Instagram Live yang untuk mendapatkan prioritas lebih tinggi. Dengan begitu, kamu bisa merancang konten yang lebih optimal.
6. Tidak Memanfaatkan Momen atau Tren
Viralitas sering kali terkait dengan tren atau isu yang sedang populer. Tapi banyak brand yang melewatkan peluang untuk mengikuti tren atau momen yang sedang booming, padahal ini adalah cara efektif untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Oleh karenanya, ikuti tren yang relevan dengan brand kamu dan lakukan penyesuaian konten agar selaras dengan tren tersebut. Misalnya, saat ada tren “throwback”, kamu membuat konten yang menunjukkan perjalanan bisnis. Tapi pastikan tetap menyesuaikan tren dengan nilai dan karakter brand kamu sendiri.
Nah, itu dia 6 alasan kenapa brand tidak viral di sosial media. Dengan memahami kesalahan branding yang dilakukan, kamu tentu jadi tahu apa yang harus diperbaiki. Tapi perlu diingat bahwa viralitas brand tidak bisa dicapai dalam semalam. Hanya saja, dengan mengatasi kendala di atas, kamu bisa memperbesar peluang brand kamu untuk menjadi viral dan mendapatkan exposure yang signifikan, yang pada akhirnya akan meningkatkan revenue bisnismu.
Bagaimana? Sudah paham cara memaksimalkan branding untuk membuat brand kamu menjadi viral? Tidak perlu bingung karena ada Momentum yang siap membantu mengoptimalkan branding bisnis kamu. Kami adalah branding agency yang terletak di Jakarta. Bersama Brand Consultant Momentum, kamu bisa mengikuti sesi 1 0n 1 Brand Audit untuk membedah keperluan branding bisnismu secara maksimal.